Kajur Pascasarjana: Penangkapan Ini Indikasikan Mahasiswa Tak Kritis

 
 
28 Desember 2013 lalu, seorang mahasiswa berinisial JN ditangkap aparat Bea Cukai Surakarta karena kedapatan membawa sabu senilai Rp 1.8 miliar. Barang haram itu ditemukan dalam lembaran buku tebal yang disembunyikan dalam tas tenteng. JN merupakan mahasiswi S2 Program Magister Hukum Islam UIN Jakarta yang menumpangi pesawat Silk Air dari Singapura dan mendarat di Bandara Internasional Adi Soemarno, Solo.

Kepala kantor wilayah (Kakanwil) Direktorat Jendral Bea Cukai Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Nirwala Dwi Heryanto, mengatakan barang haram itu dibungkus dalam tiga kantung plastik. Kemudian disisipkan dalam lembaran buku tebal dan disimpan di dalam tas tenteng. Barang bukti yang diamankan berupa sabu seberat 946 gram dengan perkiraan harga mencapai Rp 1.892.000.000.

Sementara itu, Kepala Jurusan (Kajur) Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta Yusuf Rahman mengatakan, kini JN sedang menjalani masa skorsing dari pihak kampus untuk menyelesaikan kasusnya di pengadilan. Hal ini dilakukan agar dia fokus atas kasus yang menimpanya.

Yusuf melanjutkan, pihak kampus masih menunggu keputusan pengadilan. ”Jika pengadilan memutuskan JN tidak bersalah, ia akan diterima lagi. Tapi, jika ia bersalah, kita akan keluarkan,” jelasnya, Rabu (15/1).

Apalagi, dalam kasus ini JN mengaku dititipkan. Seharunya, ia bersikap kritis tentang apa yang dititipkan. JN seharusnya tidak hanya sekadar menerima titipan, tapi juga memeriksa isi titipan tersebut. “Akademisi hukum, JN malah melanggar hukum.” ucap Yusuf saat ditemui di gedung Pascasarjana UIN Jakarta, Rabu (15/1).

Peristiwa penangkapan ini, menurut Dosen Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Jakarta Andi Syafrani, merupakan kritikan bagi kampus. Mestinya, kata Andi, kampus jangan hanya memberikan knowledge saja. Tapi, attitude juga diperhatikan.

Menanggapi pernyataan tersebut, Yusuf menyampaikan, perguruan tinggi memang lembaga akademik yang memberikan knowledge. Tapi, baginya attitude bukanlah hal yang perlu dipertentangkan.

Ia menampik jika pihak kampus hanya mementingkan aspek akademik saja. Karena yang terpenting, bagaimana ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi dapat diaplikasikan berdasarkan pemikiran mahasiswa yang kritis.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.